Bob Sadino
Lelaki lampung 9 maret 1933 ini terkenal dengan gayanya yang nyentrik
dan santai. Suatu hari, temannya menyaranan Bob untuk memelihara ayam
untuk melawan depresi yang di alaminya. Bob tertarik, ketika berternak
ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan
ayam-ayam ternaknya, ia mendapat ilham ayam saja bisa berjuang hidup,
tentu manusiapun juga bisa. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari
ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun kelapangan. Setelah jatuh
bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob
berbeda dengan kelaziman, mestinya di mulai dari ilmu, kemudian praktik,
lalu menjadi terampil dan professional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berfikir dan
bertindak serba canggih, arogan, karena memiliki ilmu melebihi orang
lain. Sedang Bob selalu luwes terhadap pelanggannya, mau mendengarkan
saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati
pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan
akan menciptakan kepuasan diri sendiri, karena itu ia selalu berusaha
melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota
keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama,
semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Hasjim Ning
Lahir dan dibesarkan di Nipah, Padang , Sumatra Barat 22 agustus
1916. Disitu dia juga mengecap pendidikan SD Adabiah, padang ( 1929 )
dan MULO, Padang ( 1933 ). Kemudian 1037, Hasjim Ning yang kemudian
bernama lengkap Masagus Nur Muhammad Hasjim Ning, hijrah ke Jakarta. Dia
jadi tukang cuci mobil. Dua tahun kemudian , dia di percaya menjadi
perwakilan NV Velodrom Motorcars di tanjung enim. Lalu dia kembali lagi
ke Jakarta kemudian menjadi administrator perkebunan the di cianjur.
Ketika itu pecah perang, diapun sempat ikut berperang bersama alex
kawilarang, 1945 di cianjur, bandung selatan . Lima tahun dia pension
dengan pangkat letnan colonel lalu mengikuti klursus pembukuan A7B,
Jakarta ( 1952 ).
Setelah itu Hasyin mendirikan Djakarta Motor Company. Tiga tahun
kemudian , usaha dagang mobil itu berkembang menjadi usaha mobil pertama
di Indonesia dan di beri nama Indonesian Service Station. Sejak itu
Pengusaha yang mendapat gelar kehormatan Dr HC bidang ilmu manajemen
dari universitas Islam Sumatra banyak dikenal dengan pengusaha perakitan
mobil.Dia juga pengusaha dalam berbagai bidang , baik ekspor impor ,
bank, biro perjalanan, pabrik kosmetik maupun konsultan rekayasa.
Sebagai pengusaha sukses dia pun terpilih menjadi ketua umum kadin ,
1979-1982.
Raam Punjabi
Raam Jethmal Punjabi lahir di Surabaya 6 oktober 1943. Awalnya dia
tidak serta merta berkecimpung di dunia perfilman. Dari tahun 1962-1963,
ia bekerja di sebuah perusahaan tekstil. Pada tahun 1964 ia merintis
sebuah usaha impor tekstil sampai pada akhirnya pada tahun 1969 di
tinggalkannya.
Pada tahun 1967, Raam bersama dua kakaknya Dhammoo Punjabi dan Gobind
Punjabi mendirikan perusahaan importer Infortir Film, PT Indako Film
dengan Modal Rp 30 juta. Tiga tahun kemudian ia mendirikan PT Panorama
Film ( 1971-19760 yang bernama PT Aries Internasional Film memproduksi
film “ Mama “ karya sutradara Wim Umboh.
Kesuksesan demi kesuksesan mendorong nya mendirikan rumah produksi PT
Tripar Multivision Plus dengan modal rp 2250 juta pada tahun 1990.
Rumah produksi ini juga memproduksi sinetron-sinetron yang di gemari
masyarakat. Hingga tahun 2000-an tidak ada yang menyaingi Raam Punjabi
dalam memproduksi film-film di Indonesia.
Ir. Ciputra
(lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931; umur 77 tahun) adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ciputra menghabiskan masa kecil hingga remajanya di sebuah desa terpencil di pojokan Sulawesi Utara.Ketika remaja sekolah di SMP Frater Donbosco Manado.
(lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931; umur 77 tahun) adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ciputra menghabiskan masa kecil hingga remajanya di sebuah desa terpencil di pojokan Sulawesi Utara.Ketika remaja sekolah di SMP Frater Donbosco Manado.
Ketika tamat SMA, kira-kira saat dia berusia 17 tahun, dia
meninggalkan desanya menuju Jawa, lambang kemajuan saat itu. Dia ingin
memasuki perguruan tinggi di Jawa. Maka, masuklah dia ke ITB (Institut
Teknologi Bandung).Keputusan Ciputra untuk merantau ketika tamat SMA
merupakan keputusan yang tepat, karena pada usia tersebut muncul adanya
keinginan untuk bebas yang disertai rasa tanggung jawab pada diri
individu. Ciputra adalah perantau yang sempurna. Dia mendapatkan
kebebasan, tapi juga memunculkan rasa tanggung jawab pada dirinya.
Bagi Ciputra, perintis pengembang properti nasional sekaligus
pembangun 20 kota satelit di seluruh Indonesia, pengalaman hidup susah
sejak kecil adalah pemicu kesuksesannya. Ciputra yang lahir di Parigi,
Sulawesi Tengah 77 tahun lalu, harus merasakan kerasnya hidup sejak usia
12 tahun, tanpa ayah. Sang ayah ditangkap tentara pendudukan Jepang dan
akhirnya meninggal di penjara.
Sebagai bungsu dari 3 bersaudara, Ciputra kecil harus bergelut dengan
berbagai pekerjaan untuk mencari uang membantu sang ibu yang berjualan
kue. Ciputra yang mengaku sangat bandel dan nakal sejak kecil, juga
harus berjalan kaki tanpa alas kaki sejauh 7 kilometer ke sekolah setiap
hari. Kenakalan Ciputra terlihat dari sifatnya yang seenaknya sendiri.
Saat disuruh belajar bahasa Belanda, Jepang atau China, dia malas. Dia
hanya mau belajar bahasa yang dianggapnya akan berguna baginya, yaitu
bahasa Indonesia. Akibatnya, saat usia 12 tahun dia masih di kelas 2 SD
karena berkali-kali tinggal kelas.
Pasca ditinggal sang ayah, barulah Ciputra bangkit dan mau belajar
giat hingga selalu menjadi nomor 1 di sekolah. Kegemilangan prestasi
Ciputra terus berlanjut hingga mampu menamatkan kuliah di jurusan
arsitektur ITB. Setelah lulus kuliah, jiwa wirausaha Ciputra
mengantarkannya menjadi raksasa pengembang properti di tanah air lewat
PT Pembangunan Jaya saat itu, dan akhirnya menjadi grup Ciputra. Dan
hingga kini, berbagai bangunan properti yang menghiasi wajah Jakarta,
tak bisa dilepaskan dari campur tangan seorang Ciputra.
Elang Gumilang
Naluri bisnis menyala sejak kecil dalam hati Elang. Pemuda kelahiran Bogor 23 tahun lalu ini sempat merasai melompat-lompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Membuat donat dan menjualnya keliling, menjadi tukang minyak goreng, jualan bohlam lampu, menjadi segelintir pengalamannya meniti bisnis.
Naluri bisnis menyala sejak kecil dalam hati Elang. Pemuda kelahiran Bogor 23 tahun lalu ini sempat merasai melompat-lompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Membuat donat dan menjualnya keliling, menjadi tukang minyak goreng, jualan bohlam lampu, menjadi segelintir pengalamannya meniti bisnis.
“Sejak SMA, saya sudah mencoba belasan pekerjaan sebelum akhirnya
memutuskan di bisnis properti,” urai Elang, kepada VIVAnews, akhir pekan
waktu lalu.
Elang berfikir, masih banyaknya masyarakat yang tidak memiliki rumah
sendiri. Tentunya, karena harganya yang terlalu mahal. Lantas kondisi
ini dijadikan sebagai peluang.
Setelah melalui pertimbangan mendalam, Elang akhirnya terjun ke dunia
properti. Awal 2005 Elang mulai bergerak. Bermodal kepercayaan, dan
tentu saja patungan modal dari teman-temannya. Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mulai membeli
sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya.
Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter
persegi (tipe 22/60) lahir pertama kali. Langsung berpindah tangan ke
pemilik baru. “Modalnya cukuplah dari hasil kumpul-kumpul dengan teman
dari SMA dan kuliah,” katanya soal awal usahanya.
Rumah Murah Rp 23 Juta – Rp 33 Juta
Berbenderol Rp 23 juta per unit, harga rumah ini diperuntukkan kalangan masyarakat menengah ke bawah .
Berbenderol Rp 23 juta per unit, harga rumah ini diperuntukkan kalangan masyarakat menengah ke bawah .
Bangun bertumbuh dari satu unit menjadi tiga unit hingga kini ia
berhasil membangun 200 unit rumah. Targetnya, Elang bisa membangun 2.000
unit rumah sederhana di bawah bendera perusahaan Semesta Guna Grup,
miliknya.
Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, dalam setahun menjulang hingga lima kali lipat.
Omzet per bulan yang Elang nikmati kini cukup membuat orang
tercengang. Tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan.
Belum lagi dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar
hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.
Dalam berbagai kesempatan, ia menularkan motto memulai bisnis. “Lihat
peluang yang belum terpikirkan orang lain dan ikuti aturan yang ada,
insyaallah berhasil”.
0 komentar:
Posting Komentar